2. Yang Kedua Adalah Beriman Kepada Malaikat Allah Ta’aalaa.
Beriman kepada malaikat maksudnya adalah kita mengimani segala penjelasan Allah Subhaanaahuwata’aalaa dan Rasul-Nya Shallallahu’alaihi wa sallam tentang malaikat.
Malaikat adalah makhluk Allah Ta’aalaa yang berada di alam ghaib yang senantiasa beribadah kepada Allah Ta’aalaa, mereka tidak memiliki sedikitpun sifat-sifat ketuhanan dan tidak berhak di sembah. Allah Ta’aalaa menciptakan mereka dari cahaya dan mengaruniakan kepada mereka sikap selalu tunduk kepada perintah-Nya
Jumlah mereka (malaikat) sangat banyak, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta’aalaa sendiri. Di sebutkan dalam hadist Israa Mi’raj bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“ Lalu ditampakkan kepadaku (Rasulullah) Al-baitul Ma’mur (Ka’bah), setiap harinya 70000 malaikat (silih berganti) shalat di tempat tersebut (Albaitul Ma’mur). Setelah keluar dari tempat tersebut mereka (malaikat) tidak pernah kembali lagi sebagai kewajiban terakhir mereka” (Hadist Riwayat Bukhari).
Malaikat juga merupakan makhluk Allah Ta’aalaa yang sangat besar. Dalam sebuah Hadist di sebutkan :
“ Telah di Ijinkan bagiku (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) untuk menceritakan Malaikat-malaikat Allah Ta’aalaa yang Memikul Arsy (Singgasana). Sesungguhnya jarak antara Pundak dan Daun Telinga (Malaikat) sejauh 700 tahun perjalanan (HR.Ahmad Di Shahihkan oleh Al-bani.
Seandainya kita memperhatikan kepada ciptaan Allah Ta’aalaa itu yaitu Malaikat yang begitu sangat besarnya maka kita akan mengetahui bagaimana kebesaran dan keagungan Allah Ta’aalaa Yang telah menciptakan Malaikat tersebut.
Apakah kita mengetahui bahwasanya Malaikat itu mempunyai Sayap. Perhatikanlah Firman Allah Ta’aalaa :
“ Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai Sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Al-Fathir : 1)
Termasuk beriman kepada malaikat adalah :
a. Mengimani wujud mereka.
b. Mengimani malaikat yang telah di beritahukan kepada kita namanya, sedangkan yang tidak kita ketahui namanya, maka kita mengimaninya secara global (garis besar).
c. Mengimani sifat-sifat malaikat yang telah di beritahukan kepada kita sifatnya, Misalnya : Malaikat Jibril. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam pernah melihatnya (malaikat Jibril) dalam wujud aslinya, di mana ia (malaikat Jibril) memiliki 600 sayap yang masing-masing sayapnya menutupi ufuk (sebagaimana dalam riwayat Bukhori).
d. Mengimani tugas malaikat yang telah di beritahukan kepada kita. Di antara tugas mereka adalah bertasbih malam dan siang, beribadah, bertawaf di Baitul Ma’mur dsb.
3. Yang Ketiga adalah Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah Ta’aalaa.
Kita juga wajib beriman bahwa Allah Ta’aalaa telah menurunkan kitab-kitab-Nya dan telah memberikan Suhuf (Lembaran-lembaran yang berisi wahyu) kepada beberapa Rasul.
Semuanya adalah firman Allah Ta’aalaa yang di wahyukan kepada Rasul-rasul-Nya, agar mereka menyampaikan Syariat-Nya kepada manusia. Adapun firman Allah Ta’aalaa ini bukanlah makhluk, di sebabkan firman Allah adalah Sifat-Nya (Allah Ta’aalaa) sedangkan sifat Allah Ta’aalaa bukanlah makhluk.
Termasuk beriman kepada kitab-kitab Allah Ta’aalaa adalah :
a. Beriman bahwa kitab-kitab itu turun dari sisi Allah Ta’aalaa.
b. Beriman kepada kitab-kitab Allah tersebut baik secara tafshil (Rinci) ataupun secara Global (Garis Besar). Secara Tafshil maksudnya adalah kita mengimani penjelasan yang berasal dari Alqur’an dan Assunnah yang menyebutkan tentang kitab-kitab Allah Ta’aalaa tersebut. Seperti kitab Taurat di berikan kepada Nabi Daud, Injil di berikan kepada Nabi Isa, serta Al-Quran di berikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam dan lain sebagainya. Sedangkan secara Global (Garis Besar) maksudnya kita mengimani bahwa Allah Ta’aalaa menurunkan kitab-kitab kepada Rasul-rasul-Nya meskipun tidak di sebutkan namanya.
c. Membenarkan berita-berita yang ada di dalam kitab tersebut yang masih MURNI (Belum Di rubah). Seperti berita-berita Alqur’an dan berita kitab-kitab yang belum di rubah. Dikatakan masih MURNI “ karena kitab-kitab selain Alquran tidak di jaga kemurniannya sedangkan Alquran di jaga kemurniannya oleh Allah Ta’aalaa” mengapa ! karena Ahlul kitab (pendeta Yahudi & Nashrani) telah merubah kitab-kitab terrsebut dengan tangan-tangan mereka sendiri. Ada yang di rubah, di tambah, dikurangi bahkan ada juga yang di hilangkan. Sebagaimana firman Allah Ta’aalaaa:
“Yaitu orang-orang yahudi telah merubah perkataan dari tempatnya…..” (Terjemah Annisa : 46). Maka standar membenarkan atau menyalahkan isi kitab-kitab tersebut adalah yang di benarkan oleh Al quran.
d. Mengamalkan hukum yang terkandung di dalam kitab-kitab tersebut selama belum di hapus hukumnya, disertai dengan sikap ridho dan menerima namun setelah di turunkan Alqur’an, maka kitab-kitab sebelumnya (Zabur, Taurat Injil dll) sudah di hapus Hukumnya, sehingga tidak bisa di amalkan oleh ummat islam kecuali yang di benarkan oleh Al-qur’an.
Sulaiman bin Habib pernah berkata
“Kita hanya di perintahkan beriman kepada Taurat & Injil dan tidak di perintahkan untuk mengamalkan isi yang ada di antara keduanya”
4. Yang Ke Empat adalah Makna Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah Ta’aala
Rasul adalah orang yang mendapatkan Wahyu dengan membawa syariat baru sedangkan Nabi adalah orang yang di utus dengan membawa syariat Rasul yang datang sebelumnya atau dengan kata lain melanjutkan misi dakwah Rasul sebelumnya.
Para Rasul adalah manusia, mereka tidak memiliki sedikitpun sifat Rububiyyah (Mencipta, Mengatur, dan Menguasai alam semesta), mereka juga tidak mengetahui yang Ghaib, mereka tidak mampu mendatangkan manfaat ataupun menolak Mudharat atau Bahaya. Allah Ta’aalaa memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam untuk mengatakan :
“ Katakanlah : aku (Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam) tidak berkuasa menarik Kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Al-a’araaf : 188)
Di antara sebab-sebab yang menghalangi orang-orang kafir beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam adalah karena beliau adalah manusia biasa seperti mereka, mereka mengatakan : “mengapa Allah Ta’aalaa mengutus Rasul dari kalangan Manusia?” Jikalau seandainya mereka mau berfikir, tentulah mereka akan mengetahui bahwa di antara hikmah Allah Ta’aalaa mengutus Rasul dari kalangan Manusia adalah agar Rasul tersebut dapat di Teladani, Di tiru, dan Di ikuti perbuatannya. Sebab jikalau Rasul tersebut berasal dari kalangan Malaikat bagaimana dapat di ikuti, karena malaikat tidak sama sifatnya dengan sifat Manusia.
Termasuk beriman kepada Rasul- rasul Allah Ta’aalaa adalah
a. Beriman bahwa risalah mereka benar-benar dari sisi Allah Ta’aalaa. Oleh karena itu siapa saja Yang INGKAR kepada salah seorang Rasul di antara mereka, maka sama saja Ia telah INGKAR kepada semua para Rasul secara keseluruhan.
b. Mengimani Rasul yang telah di beritahukan kepada kita Namanya, sedangkan Rasul yang tidak di beritahukan namanya, maka kita Imani secara Global (Garis Besar).
c. Membenarkan berita-berita mereka yang Shahih (yang jelaas kebenarannya).
d. Mengamalkan syariat Rasul yang di utus kepada kita yaitu Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam beliau adalah penutup para Nabi dan Rasul, Maka tidak ada lagi Nabi setelahnya (Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam).
5. Yang Ke Lima adalah Makna Beriman Kepada Hari Akhir.
Beriman kepada hari akhir maksudnya adalah mengimani semua penjelasan Allah Ta’aalaa dan Rasul-Nya yang menyebutkan penjelasan tentang keadaan / kejadian setelah kematian/ mati, seperti : Fitnah Kubur, Adzab Kubur, Nikmat Kubur, Ba’ats (Kebangkitan dari Kubur), Hasyr (Pengumpulan Manusia di padang Mahsyar), di berikannya catatan amal, Hisab, Mizan (Timbangan amal), Haudh (Telaga), Shiroth (Jembatan), Syafaat, Syurga, Neraka dll.
Termasuk beriman kepada hari akhir adalah beriman kepada tenda-tanda hari kiamat seperti : Keluarnya Dajjal, Turunya Nabi Isa ‘alaihissalam keluarnya Ya’juj dan Ma’juj dan terbitnya matahari dari sebelah Barat, sebelum tanda-tanda tersebut juga aka4n di dahului oleh tanda-tanda kecilnya di antaranya adalah di Angkatnya Ilmu Agama (yakni dengan banyak di wafatkan para Ulama), Perzinahan banyak di lakukan (Merajalela), Jumlah Wanita lebih banyak daripada laki-laki, Amanah akan di sia-siakan dengan di serahkan segala urusan kepada yang bukan AHLINYA., banyaknya Pembunuhan, dan banyaknya Gempa Bumi (berdasarkan hadist yang Shahih).
Di antara hikmah mengapa Allah sering menyebutkan hari Akhir di dalam Alqur’an adalah karena beriman kepada hari akhir memiliki pengaruh yang kuat dalam memperbaiki keadaan seseorang, sehingga ia akan mengisi hari-harinya dengan mengerjakan amal-amal shaleh, ia pun akan lebih semangat dalam mengerjakan ketaatan itu sambil berharap akan di berikan pahala di hari akhir tersebut, demikian juga akan membuatnya semakin takut ketika mengisi hidupnya dengan kemaksiatan, apalagi merasa tentram dengannya. Beriman kepada hari akhir juga membantu seseorang untuk tidak berlebihan terhadap dunia dan tidak menjadikannya (Dunia Itu) sebagai tujuan hidupnya. Di antara hikmahnya juga adalah menghibur seseorang Mukmin yang kurang mendapatkan kesenangan Dunia, karena di hadapannya ada kesenangan yang lebih baik dan lebih kekal.
6. Yang Ke Enam adalah Makna Beriman Kepada Qodho dan Qodhar atau Takdir Allah Ta’aalaa.
Takdir ini merupakan ketentuan Allah Untuk Seluruh Makhluk Nya sesuai dengan Ilmu dan Hikmah Allah Ta’aalaa . Takdir bahwasanya Allah Ta’aalaa Menakdirkan segala sesuatu ini di Jelaskan di dalam Alquran :
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran ( Qodar ).” ( Q.S : Al-Qomar : 49 )
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu “ ( QS:At-Taghoobun : 11 )
Beriman kepada Takdir ini Mencakup kepada 4 Tingkatan :
1. Beriman bahwa Allah Ta’aalaa mengetahui segala sesuatu baik secara Global atau Secara Rinci baik yang terdahulu maupun yang terakhir, baik dengan perbuatan Allah Sendiri maupun dengan perbuatan para Hamba-Nya baik yang ada yang tidak ada ataupun yang mustahil ada atau sesuatu yang tidak ada seandainya ia menjadi ada Allah Tetap mengetahuinya.
2. Allah mencatat segala sesuatu di Catat di Lauhul Mahfudz ( Kitab yang terpelihara ) sebagaimana di jelaskan di dalam Alqur’an :
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” ( QS : Al-Hajj : 70 ).
“ Allah telah mencatatkan semua takdir makhluk 50000 Tahun sebelum di ciptakan langit dan bumi “ ( HR. Muslim ). Jadi Allah telah mencatat Takdir Semua Makhluk 50000 Tahun sebelum diciptakannya Langit dan Bumi.
3. Segala sesuatu yang tejadi di jagad raya tidak akan terjadi kecuali dengan
kehendak oleh Allah jadi tidak ada sesuatu yang terjadi yang tidak di
kehendaki oleh Allah , sama saja baik yang menjadi perbuatan diri-Nya atau
makhlukNya:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu] dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” ( QS : Ibrahiim : 27 )
“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. “ ( QS : Al-Imran : 6 ). Jadi kita seperti ini sudah kehendak Allah : Seperti Yang Cantik, Yang Jelek, yang Cacat, yang Buta, yang Pincang, yang Bisu, yang Gagu, Yang Kaya , Yang Miskin, Yang Susah, Yang Senang, Yang Sakit, Yang Sehat dan lain sebagainya. Ini sudah di kehendaki oleh Allah Ta’aalaa dan ini merupakan Perbuatan yang berkaitan dengan perbuatan Allah Ta’aalaa, dan kita harus menerima semua yang sudah di kehendaki oleh Allah Ta’aalaa dan tidak boleh Menolak takdir dan tidak boleh merasa SOMBONG atau membanggakan diri terhadap apa yang telah di berikan kepada kita dari harta, kedudukan, jabatan maupun Ilmu.
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan”
( QS : Al-An’am : 112 )
2. Beriman bahwa semua yang terjadi di alam Jagad Raya ini adalah Ciptaan Allah Ta’aalaa.
“ Alloh menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu “ (QS Az zumar : 62)
“ dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. “ ( QS : Al furqon : 2)
“ Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS : As-Shaffat : 96).
Jadi segala sesuatu itu adalah Ciptaan Allah Ta’alaa Oleh karena itu semua yang ada di Alam Semesta ini, dan yang telah terjadi di alam semesta ini adalah Allah Ta’alaa yang telah menciptakannya termasuk apa yang telah di perbuat oleh manusia, di antaranya : Penemuan Tekhnologi-Tekhnologi Canggih Seperti Komputer, Mobil, Motor, Pesawat, Televisi, Video, Game , Senjata Kimia, Alat-Alat kedokteran, Minyak Bumi, Gas bumi dan semua yang ada di Bumi ini adalah Ciptaan Allah subhaanaahuwa ta’aaalaa. Semua itu dan Seluruhnya itu wahai pembaca yang Budiman ! Telah di Ketahui, Telah di Catat, Telah di Kehendaki, dan Telah di Ciptakan oleh yang Maha Kuat, Oleh yang Maha Perkasa, Oleh Yang Maha Gagah, Oleh Yang Maha Tinggi, Oleh Yang Maha Besar, Oleh Yang Maha Mengetahui yaitu Allah Subhaanahu wa ta’aalaa.
Maksud beriman kepada Qodar atau Takdir Allah Ta’aalaa itu adalah Kita mengimani bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini, yang baik maupun yang buruk adalah Qodho dan Qodar-Nya. Semuanya telah di KETAHUI Allah Ta’aalaa, telah di TULIS, telah di KEHENDAKI, dan di CIPTAKAN oleh Allah Ta’aalaa.
Allah Ta’aalaa berbuat Adil dalam Qodha dan Qodhar-Nya. Semua yang di takdirkannya adalah sesuai hikmah yang sempurna yang di ketahui oleh Nya. Allah tidaklah menciptakan keburukan tanpa adanya Maslahah (Manfaat), namun keburukan dari sisi buruknya, tidak di nisbatkan (di Tujukan) kepada-Nya. Tetapi keburukan tersebut termasuk dalam Ciptaan-Nya. Dan apabila hal tersebut di hubungkan kepada Allah Ta’aalaa, maka itu adalah Keadilan, kebijaksanaan dan sebagai rahmat dan kasih sayang-Nya. Allah Ta’aalaa telah menciptakan kemampuan dan iradah (kenginan) untuk hamba-hamba-Nya. Di mana ucapan yang keluar dan perbuatan yang di lakukan sesuai kehendak mereka, Allah Ta’aalaa tidaklah memaksa mereka bahkan mereka berhak memilih antara yang benar dan yang salah, dan antara yang selamat dan yang sesat. Manusia merasakan bahwa mereka atau dirinya memiliki kehendak dan kemampuan yang dengannya (kehendak dan kemampuan) ia akan berbuat atau tidak. Ia juga bisa membedakan antara hal yang terjadi dengan keinginannya seperti berjalan, dengan hal yang tidak dia inginkan seperti Gemetar atau Sakit dan lain-lain. Akan tetapi dari itu semua, Tetaplah bahwa kehendak dan kemampuan seseorang tidaklah terjadi baik ucapan atau perbuatan kecuali dengan kehendak Allah Ta’aalaa atau dengan kata lain semua yang telah terjadi di muka bumi ini apakah perbuatan atau ucapan manusia yang baik dan yang buruk itu terjadi dengan KEHENDAK ALLAH Ta’aalaa. Hal tersebut bukanlah berarti Manusia tidak mempunyai kemampuan dan kehendak / kenginan. Akan tetapi Allah Ta’aalaa jugalah yang telah menciptakan kemampuan dan kehendak manusia. Oleh sebab itu apa saja yang di lakukan oleh manusia maka hal tersebut tidaklah lepas juga dari kehendaknya Allah Ta’aalaa. Hal tersebut sebagaimana firman Allah Ta’aalaa :
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. At-Takwir : 29).
Di dalam Masalah Takdir Ini Ada 2 Golongan yang menyimpang dari golongan Ahlussunnah wal Jama’ah :
1. Qodariyyah.
2. Jabariyyah.
YANG PERTAMA QODARIYYAH : Qodariyyah itu adalah kelompok yang Menyatakan bahwasanya Manusia itulah yang menciptakan perbuatannya sendiri sebab manusia itu murni melakukan perbuatannya sendiri tanpa di paksa oleh siapapun juga sedangkan Allah Ta’aalaa tidak menciptakan perbuatan manusia dan Qodariyyah juga mengatakan Allah Ta’aalaa hanyalah menciptakan perbuatan baik sedangkan perbuatan buruk bukanlah ciptaan-Nya dan juga mengatakan Allah Ta’aalaa tidak mengetahui suatu perbuatan apapun kecuali setelah perbuatan itu telah terjadi (ini berarti Qodariyyah mengingkari Ilmu Allah Ta’aalaa hal ini merupakan suatu perbuatan yang kufur ), dan generasi Qodariyyah sebelumnya juga mengatakan sesungguhnya amal perbuatan itu tidak tertulis di Lauhul Mahfudz. ( Kitab Catatan Takdir segala sesuatu), dan juga mengatakan sesungguhnya perintah Allah Ta’aalaa itu susulan. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan Qodariyyah ini MAJUSI ummat ini
Sebab MAJUSI berkeyakinan bahwasanya ada 2 pencipta ( Tuhan ). Pertama Allah menciptakan semua Kebaikan dan yang Kedua Syaiton menciptakan semua Keburukan atau Kejelekan itu jadi Allah bukanlah pencipta Keburukan ( Kata Mereka ) sedangkan Keburukan itu di ciptakan oleh Syaiton. Oleh karena itu Qodariyyah itu di samakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan MAJUSI ummat ini. Atau dengan kata lain Qodariyyah mengatakan “ Semua perbuatan Baik maupun Buruk kitalah yang mengerjakan sedangkan Allah tidaklah ikut Campur dalam perbuatan kita , dan juga kitalah yang mempunyai Kehendak sedangkan kehendak Allah tidak ikut Campur dengan Kehendak Kita (manusia ) dan Qodariyyah yang paling Ekstrim yang Mengatakan : Allah tidak mengetahui sama sekali sampai suatu kejadian atau suatu perbuatan itu Terjadi ( Kata Mereka )
Sebelum membantah Aliran Qodariyyah Ini ada baiknya Kita mengetahui Bahwasanya Kehendak Allah itu terbagi atas 2 Bagian :
[1]. Kehendak Syari’at (Ira’dah Syari’at)
Adalah kehendak Allah yang telah Allah syariatkan kepada hambanya. Kehendak ini berupa amal-amal wajib dan amal-amal sunnah yang Allah Mencintainya atau meridhoinya. Allah berkehendak dan menyukai hamba-hamba-Nya untuk melakukan shalat, puasa, sedekah, jihad, meninggalkan Kemaksiatan dan lain-lain ( Seperti Allah memerintahkan Kita Shalat Kemudian Kita Melaksanakannya dengan Penuh Rasa Cinta, Harap dan Takut Berarti Allah Menghendaki Kepada Kita untuk Kita Berbuat Baik dengan Kehendak Syar’i Begitu Juga Kita Meninggalkan Larangan –Larangan-Nya lalu Kita Meminggalkannya Ini Berarti Juga Kita sedang Menjalankan Takdir Nya Yang di berikannya Kepada Kita, dan Kehendak Syar’i ini hanya terjadi kepada diri Orang yang Beriman Saja sedangkan Pada Diri Orang Kafir tidak terjadi ) .
[2]. Kehendak Kauni (Ira’dah Kauniyah)
Adalah kehendak Allah yang pasti terjadi di dunia ini. Kejadian ini kadang-kadang berupa sesuatu yang diridhai oleh Allah dan kadang-kadang berupa sesuatu yang dibenci oleh Allah Seperti adanya Iblis, Syaton, Orang Kafir, Nashrani, Yahudi, Budha, Hindu, Adanya, Pembunuh, Penjagal, Pezina,Perampok, Penipu, Pemakan Riba, Penggunjing, Pencela, ada yang kaya, Miskin , Sakit, Susah, Senang dan Lain sebagainya )
Akan tetapi dari Kehendak Kauni ini akan menimbulkan sesuatu yang di Sukai dan Di Ridhoi oleh Allah Ta’aalaa. Contoh : Allah Telah Menciptakan dan Menghendaki adanya IBLIS untuk MENGUJI Manusia Sedangkan Menurut kita ( Manusia ) mengatakan ” Mengapa Allah Menciptakan IBLIS, Padahal IBLIS banyak menyesatkan Manusia ! ”. Maka Jawabnya adalah sebagai Berikut ; Dengan adanya IBLIS ini, maka Jelaslah, Mana Yang Sebenarnya Orang Yang Benar-benar Beriman dengan keimanan sesungguhnya dari orang yang tidak Beriman, dan juga menjadi Jelas Mana Orang Mu’min Sejati dan Mana Yang Munafik, Dan juga Menjadi Jelas Mana Yang Muslim dan Mana Yang kafir dan Akhirnya akan menjadi Jelas Pula Mana Orang-orang Yang akan di masukan Kedalam SYURGA dan Mana Pula Yang Akan Di Masukan ke dalam NERAKA, Oleh Karena Itu, Tidaklah Allah itu Menciptakan dan Menghendaki adanya IBLIS dengan Sia-Sia, Tidak Juga Menciptakan Orang Kafir dengan Sia-Sia, Tidak Juga Menciptakan Perbuatan Baik dan Buruk dengan Sia-Sia ( Perlu di perhatikan wahai pembaca yang budiman, dalam hal Penciptaan Baik dan Buruk, Ketahuilah, Kuburukan itu tidaklah di Sandarkan Kepada Allah Ta’aalaa ; memang Benar Allah Yang telah Menciptakan Keburukan akan tetapi dari keburukan itu Akan Menghasilkan Kebaikan yang Luar Biasa) Istilah Kehendak Kauni ini diambil dari Al-Qur’an surat Yasin : 82.
“Artinya : Sesungguhnya Allah itu apabila menghendaki sesuatu, Dia mengatakan Kun (=jadilah). Maka jadilah apa yang Dia kehendaki”
Kata ‘SESUATU’ dalam ayat tersebut bentuknya nakiroh (bersifat umum). Bisa berupa ketaatan atau bisa pula berupa kemaksiatan, bisa sesuatu yang diridhai atau bisa pula berupa sesuau yang dibenci Allah.
Inilah yang terkenal dengan nama Qadha dan Qadhar, yaitu segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, yang kita alami, yang kita rasakan, yang kita perbuat, bahkan yang kita inginkan, semuanya tidak mungkin terjadi tanpa kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Akan Tetapi yang perlu kita Ketahui wahai pembaca yang budiman adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita itu ada dua macam.
[a] Yang berdasarkan kemauan dan usaha kita, seperti ; shalat, puasa, nikah, jual beli, zina, mencuri, dan lain-lain. Hampir semua perbuatan masuk ke dalam kategori ini. Di mana perbuatan-perbuatan ini akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Perbuatan taatnya akan dibalas dengan SURGA dan perbuatan maksiatnya akan dibalas dengan NERAKA.
[b] Yang tidak berdasarkan kemauan dan usaha kita, seperti ; sakit, kecelakaan, miskin, sehat, gila, cacat, dan lain-lain. Semua kejadian ini tidak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat, karena semuanya bukan merupakan bentuk ketaatan atau kemaksiatan.
Adapun bantahan Terhadap Qadariyah adalah sebagai Berikut :
1. Telah di atas dan juga di jelaskan di dalam Al-qur’an : ““ Alloh menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu “ (QS Az zumar : 62).
“ Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS : As-Shaffat : 96). Ayat ini menunjukkan bahwasanya perbuatan Manusia baik yang buruk atau yang baik, yang di perbuat manusia, yang di kehendaki manusia, yang di ciptakan manusia itu semua juga merupakan Perbuatan Allah , Kehendak Allah, dan Ciptaan Allah dan Telah di Catat dalam sebuah kitab Yang terpelihara ( Lauhul Mahfudz ) Dalilnya sebagaimana di sebutkan di dalam Alquran Al Kariim :
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. At-Takwir : 29).
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah “.
( QS: Al-Hadid : 22 )
Berdasarkan ayat di atas Manusia tidak akan pernah bisa berkehendak, tidak akan pernah bisa berbuat, tidak akan pernah bisa mencipta KECUALI Allah memberikan Kehendak kepadanya ( Manusia ), KECUALI Allah memberikan Kemampuan kepadanya ( manusia ) KECUALI Allah Memberikan Ilmu Kepadanya dan Kecuali Allah lah Yang Memberikan Kekuatan Kepadanya. Begitu juga manusia tidak akan bisa berbuat taat dan berbuat maksiat barbuat jahat, berbuat Keji, Kecuali karena Allah telah Menghendakinya perbuatan itu semua Kecuali Allah telah Mengizinkan agar perbuatan itu semua untuk terjadi di muka bumi ini dan juga telah tercatat seluruh perbuatan manusia itu di Lauhul Mahfudz 50000 Tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Alqur’an :
“ Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. “ ( QS : Al-baqarah : 253 ).
Dari hal-hal yang telah disebutkan di atas itu, bukan berarti meniadakan sama sekali kehendak, keinginan dan kemampuan manusia. Untuk menjelaskan kedua hal yang terlihat bertentangan tersebut Insya Allah akan di jelaskan contoh berikut ini :
Contoh : Apabila ada 2 buah perkara yang pada saat itu Kita harus memilihnya yang pertama Belajar, dan yang kedua Bermain, Tiba-tiba atau Spontan kita memilih BERMAIN, Bukankah kita memilih bermain itu kehendak atau keinginan kita ( Inilah Kehendak Manusia ), akan tetapi wahai pembaca yang budiman Bagaimana Jika Allah Ta’aalaa memberikan kepada kita sebuah Penyakit, apakah kita masih bisa BERMAIN ( Inilah Kehendak Allah ) ! Begitu juga apabila kita memilih BELAJAR, Bukankah kita sendirikah yang memilih untuk BELAJAR ( Inilah Kehendak Manusia ) akan tetapi wahai pembaca yang budiman Jikalau Allah Ta’aalaa tidak memberikan kemampuan atau kehendak atau keinginan untuk Belajar, apakah kita bisa untuk belajar ( Inilah Kehendak Allah ) ! Begitu juga Bisa kita Samakan atau analogikan Permisalan di atas dengan orang-orang Shalih dan Orang-Orang Yang Berbuat Maksiat, mereka bisa berbuat Ta’at dan mereka Bisa juga berbuat Maksiat , Apapun bentuknya yang mereka Memilihnya di antara keduanya ( Berbuat Shalih atau Berbuat Maksiat ) itu semua tidak Terlepas dari Kehendak Allah Ta’aalaa. Akantetapi wahai Pembaca yang Budiman , Janganlah Sekali-Kali Kita Mengerjakan Sesuatu Perbuatan maksiat seperti : Tidak Shalat, Puasa, Tidak Zakat, Haji atau Kita Melakukan Perzinahan , Perampokkan dan Hal-hal lain yang Keji Sifatnya, kemudian Kita Beralasan dan Mengatakan “ INI ADALAH TAKDIR DAN KEHENDAK ALLAH, Saya Sudah Di Takdirkan Seperti ini, Saya tidak Bisa Berbuat apa-apa “ Jika Seperti Ini adanya, Maka Ini adalah Pemahaman Orang-Orang Yang SESAT ( Yaitu Pemahaman JABARIYYAH Kebalikan dari QODARIYYAH ). Sebab Orang Seperti Ini hanyalah ingin memuaskan Hawa Nafsunya lalu berkata “ ini terjadi Atas Kehendak dan Takdir Allah “, Apabila Orang Seperti ini Di Katakan kepadanya ( Orang yang SESAT Tadi) “ Mana Yang Engkau Pilih ? aku memukulmu atau Tidak “ Pasti ia akan menjawab “ Tidak “, Kemudian katakan kepadanya Lagi “ Di sini ada Jalan Yang Berduri sedangkan Di sana Ada Jalan Yang Tidak Berduri ! mana Yang Engkau Pilih ? Pasti Ia akan menjawab “ Yang Tidak Berduri yang Aku Pilih “, kemudian Tanyakan lagi Ketika ia Sedang Kehausan “ di sisiku ada air yang dingin lagi menyegarkan dan di sisiku yang lain ada air yang Panas lagi Menyakitkan “ mana yang engkau Pilih ? Pasti ia Akan menjawab “ Air yang dingin lagi Menyegarkan “, jikalau seperti ini jawaban orang tersebut , Seharusnyalah ia Mengatakan “ aku memilih SURGA “ jika di katakan kepadanya sekali lagi “ Mana Yang Engkau Pilih SYURGA ataukah NERAKA ?
Apabila ia Sudah memilih jalannya menuju SURGA, maka sudah semestinyalah ia melakukan hal-hal yang baik yang di perintahkan Allah dan Rasul-Nya, yang bisa menghantarkannya menuju SYURGA. Dan Katakanlah Apabila orang tersebut yang sudah mengerjakan KETAATAN kepada Allah dan Rasul-Nya dengan Perkataan “ Ini adalah Takdir dan Kehendak ALLAH ). Jika seperti ini adanya maka ini adalah perkataan yang benar yang Layak untuk di ucapkan Oleh seorang Mu’min laki-laki maupun Perempuan.
YANG KEDUA ADALAH JABARIYYAH Jabariyyah Ialah pemahaman sesat yang meyakini bahwa semua apa yang terjadi adalah perbuatan Allah dan tidak ada perbuatan makhluk sama sekali atau dengan kata lain JABARIYYAH adalah Aliran kebalikan dari Pemahaman QODARIYYAH. Manusia tidak mempunyai kehendak sama sekali karena yang ada hanya kehendak Allah. Sehingga semua perbuatan mansuia adalah ketaatan semata kepada kehendak Allah, dan tidak ada perbuatan maksiat. Orang berzina tidaklah dianggap maksiat karena perbuatan zina itu adalah perbuatan Allah dan kehendak-Nya. Semua manusia dianggap sama tidak ada muslim dan kafir, karena semuanya tidak mempunyai usaha (ikhtiar) dan tidak pula mempunyai kehendak apapun. Golongan Jabariyyah juga salah dalam memahaminya, mereka memahami, bahwa seorang hamba melakukan amal perbuatan karena terpaksa, dia tidak memiliki keinginan dan kemampuan apapun, ( Sehingga kata mereka ) Orang-orang yang berdosa, berzina, Merampok, membunuh, Orang Muslim, Orang Hindu, Orang Kafir, Orang Yahudi, Nashrani, Budha, Majussi, dan lain Sebagainya Mereka itu semua tidak lah berbuat pada hakekatnya ( kata Mereka ), akan tetapi yang berbuat Adalah Allah Ta’aalaa Sang Pencipta Alam Semesta, Sehingga mereka ( Orang – Orang JABARIYYAH ) MENOLAK banyak ayat yang menjelaskan, bahwa seorang hamba JUGA memiliki KEINGINAN dan KEMAMPUAN dan bahwa amal perbuatan seorang hamba terbagi menjadi dua : ikhtiyaari (berdasarkan keinginan) dan ghoiru ikhtiyaari (paksaan).
Sebelum Kita membantah Golongan JABARIYYAH, hedaklah kita mengetahui terlebih dahulu Bahwasanya TAKDIR Allah Juga terbagi kepada 2 Bagian :
1. Takdir Syar’i
2. Takdir Kauni
Takdir Syar’I ini Mencakup Hal-hal yang di Ridhoi oleh Allah Ta’aalaa sedangkan Takdir kauni mencakup hal-hal yang di Senangi atau yang dibenci oleh Allah Ta’aalaa
Kita telah megetahui bahwasanya Kehendak Allah Itu Juga terbagi menjadi 2 bagian :
1. Kehendak Syar’i
2. Kehendak Kauni.
Kehendak SYAR’I itu hanya mencakup hal-hal yang di sukai, di Ridhoi oleh Allah Ta’aalaa sahaja Sedangkan kehendak KAUNI yaitu mencakup hal-hal yang di Sukai dan juga menckup hal-hal yang dibenci atau di Murkai oleh Allah Ta’aalaa. Ketahuilah, wahai pembaca yang budiman ? janganlah Kita melupakan 2 Kehendak ini ( Syar’i dan Kauni ). Kita telah Mengetahui ” Bahwasanya semua yang terjadi di Muka Bumi itu tidaklah akan terjadi Kecuali dengan Kehendak Allah Ta’aalaa ” Ini adalah Kehendak Kauni ( Secara Umum ) Kehendak Kauni ini mencakup semua Kebaikan dan Keburukan : kecelakaan, Sakit, Perampokan , pembunuhan, Penganiayaan, Peminum Minuman Keras, Bunuh Diri, Orang Yang baik, orang yang Jahat, Orang Kafir, orang Hindu, Nashrani, Budha, Majussi dan lain sebagainya, Dan Juga Masuk padanya Takdir Kauni ( Takdir Umum ). dan Kehendak dan Takdir KAUNI ini TERJADI Kepada Diri Orang MUSLIM Maupun Orang KAFIR ( SECARA UMUM ). Itu semua Memang Benar terjadi atas KEHENDAK DAN TAKDIR ALLAH akan tetapi yang Takdir dan Kehendak Yang Bersifat KAUNI. Mengapa hal tersebut di kategorikan atau di masukan kedalam Takdir dan Kehendak Yang bersifat Kauni ? Sebab Apabila Allah Tidak Menghendaki atau tidak Mentakdirkannya, Tentulah Semua Perbuatan Yang di sebutkan diatas tidak akan pernah terjadi untuk Selama-lamanya akan tetapi hal tersebut telah terjadi, hal ini menjukkan bahwa Allah Ta’aalaa telah menghendakinya untuk terjadi sehingga terjadilah ia. Wahai Pembaca yang Budiman, yang Kedua adalah KEHENDAK SYAR’I hal ini mencakup hal-hal yang baik sahaja seperti Beriman Kepada Allah, dan Semua Para Rasul, Shalat, Zakat, Puasa, Haji dan Mengerjakan Seluruh Kebaikan Yang di perintahkan oleh Allah dan Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam, kehendak Syar’i ini tidak terjadi kecuali Pada diri Orang-orang yang beriman Sahaja sedangkan Orang Kafir tidak Masuk kedalam Kehendak Syar’i ini.
Adapun Bantahan terhadap JABARIYYAH adalah sebagai berikut:
1. Firman Allah Ta’aalaa :
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. At-Takwir : 29).
Di dalam ayat di atas bantahan Sekaligus bagi QODARYYAH dan JABARIYYAH : “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu)” Ini Bantahan untak JABARIYYAH yang mengatakan manusia tidak punya kehendak akan tetapi di dalam ayat di atas Allah menyebutkan Manusia Tetap mempunyai Kehendak. Dan Firman-nya “kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” Bantahan untuk QODARIYYAH yang mengatakan : Manusialah Yang Mempunyai Kehendak Sedangkan Allah Ta’aala Tidak Mempunyai Kehendak Sama Sekali Akan tetapi dalam ayat di atas Allah Menyebutkan Allah mempunyai KEHENDAK ( maka dengan 1 ayat ini Batallah Hujjah atau Argumen QODARIYYAH dan JABARIYYAH )
Ketahuilah Wahai Pembaca yang Budiman perlu kita ingat kembali bahwasanya segala sesuatu yang terjadi pada diri kita itu ada 2 macam.
[a] Yang berdasarkan kemauan dan usaha kita, seperti ; shalat, puasa, nikah, jual beli, zina, mencuri, dan lain-lain. Hampir semua perbuatan masuk ke dalam kategori ini. Di mana perbuatan-perbuatan ini akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Perbuatan taatnya akan dibalas dengan surga dan perbuatan maksiatnya akan dibalas dengan neraka.
[b] Yang tidak berdasarkan kemauan dan usaha kita, seperti ; sakit, kecelakaan, miskin, sehat, gila, cacat, dan lain-lain. Semua kejadian ini tidak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat, karena semuanya bukan merupakan bentuk ketaatan atau kemaksiatan.
Dua hal di atas adalah sesuatu yang tidak bisa dibantah lagi, baik secara dalil maupun secara akal. Bila dilihat secara dalil, banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang menyuruh kita melaksanakan suatu perbuatan atau melarang kita melaksanakan suatu perbuatan. Dan kita bebas memilih, mau taat atau tidak. Sedangkan bila dilihat secara akal, sangat jelas bagi kita yang berakal sehat bahwa ketika kita berbicara, berjalan, makan, minum dan lain-lain, semuanya adalah berdasarkan kemauan kita sendiri, bukan kemauan siapa-siapa. Kita bebas memilih, mau melaksanakan perbuatan-perbuatan tersebut atau meninggalkannya.
Akan tetapi pelaksanaan perbuatan-perbuatan tersebut tidak lepas dari takdir Allah dan Kehendak-Nya Subhanahu wa Ta’ala. Dan pembatalan perbuatan-perbuatan tersebut juga merupakan takdir. Dan takdir tersebut terjadi bersamaan dengan kemampuan kita untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan tersebut atau membatalkannya.
Jadi .. sekali lagi, perbuatan manusia itu dibagi 2, yang berdasarkan kemauan dan yang tidak berdasarkan kemauan. Yang tidak berdasarkan kemauan tidak perlu kita Membahas Lebih Lanjut karena semuanya sudah jelas ( Insya Allah ), tidak ada hubungannya dengan syari’at ( yang di luar Kemampuan Kita seperti Sakit, tidur dll ). Yang ada hubungannya dengan syari’at adalah perbuatan yang berdasarkan Kemauan kita. Inilah hakikat sebenarnya. Seandainya hal ini kita tancapkan betul-betul dalam keyakinan kita, Inysa Allah kita bisa memahaminya. Wallahua’lam